Monday, September 27, 2010

DENSUS DINILAI TERLALU MEMBABI BUTA

Hidayatullah.com--Wakil Amir Pusat Majelis Mujahidin (MMI) Indonesia Ustadz Abu Jibriel anggap Densus 88 sembrono dalam melakukan penangkapan tertuduh teroris di Medan. Menurutnya yang ditangkap dan ditembak mati oleh Densus tidak ada kaitan sama sekali dengan perampokan Bank CIMB.

“Densus itu membabi-buta, main asal tangkap saja. Mereka tidak tahu menahu dengan perampokan itu,” kata Abu Jibriel kepada Hidayatullah.com, Rabu pagi, (22/9) Jakarta.

Menurutnya pula, Kasman Hadiyono alias Yono yang ditangkap Densus 88 merupakan Bendahara pada Lajnah Perwakilan Wilayah Majelis Mujahidin (MMI) Sumatera Utara, tidak mungkin terlibat dalam perampokan tersebut karena beliau punya kesibukan yang jelas dalam kesehariannya.

“Kasman itu Bendahara kami, keseharian dia sudah disibukkan dengan pekerjaannya di organisasi dan mencari nafkah, mana mungkin ia terlibat,” kata pria yang akrab dipanggil Abah ini.

Tambahnya lagi, bukti bahwa Densus 88 membabi buta dalam penangkapan dan penembakan adalah seputar kenyataan yang terungkap mengenai tuduhan terhadap Yuki Wantoro (20), korban asal tembak yang ternyata pada hari kejadian perampokan Bank CIMB Medan ia sedang berada di rumahnya di Solo.

“Kan jelas Yuki itu berada di rumahnya pada saat itu, masak dituduh merampok Bank dan ditembak,” tegas Abu Jibriel.

Ia juga menjelaskan bahwa MMI melalui kuasa hukumnya di Medan telah melakukan somasi terhadap Kepolisian yang melakukan penangkapan tanpa prosedur dan bukti yang jelas serta perlakuan terhadap jenazah yang tidak layak.

“Kami melalui kuasa hukum sudah melakukan tuntutan ke Kepolisian di sana, dan juga menuntut mereka agar jangan main lempar sana-lempar sini dalam pengurusan jenazah yang tertembak,” tandas Abu Jibriel.

Peristiwa penangkapan kelompok yang melakukan perampokan Bank CIMB di medan yang menurut Polri dan sejumlah pengamat adalah terkait terorisme, ternyata belum bisa dibuktikan kebenarannya. Tetapi sudah menyisakan sejumlah masalah, seperti fenomena asal tembak dan asal tangkap. Jika terus demikian, Densus 88 berpotensi menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) dan berpotensi dimanfaatkan sekelompok elit untuk menghantam lawan-lawan politiknya ini mengingatkan kembali pada masa-masa pahit Rezim Orde Baru. [bil/hidayatullah.com]
◄ Newer Post Older Post ►